Selasa, 28 Mei 2013

makalah tasawuuf



A.    PENDAHULAN
Upaya melacak kembali hakikat sufisme Jawa meruupakan upaya yang rumit. Begitu banyak unsur-unsur yang jalin menjalin, menyapu secara sinkretik, dengan kepekatan yang tinggi. Dan perjalanan melacak kembali hakikat sufisme jawa mengharuskan kita untuk menggali akar-akar sufisme Islam (Tasawuf) dan akar-akar dari mistik Hindu- Budha yang kedatangannya di jawa telah begitu menyejarah. Keduanya merupakan unsur sufisme Jawa, yang jejak-jejaknya cukup jelas.
Dan kali ini pemakalah akan menjelaskan tentang sufisme Jawa yakni Raden Ngabehi Rangga Warsita (Sang Pujangga Tanah Jawa).

B . RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana biografi  dan Pemikiran Raden Ngabehi Ranggawarsita?
2.      Bagaimana ajaran-ajaran pokok Raden Ngabehi Ranggawarsita?
3.      Keterkaitan antara Raden Ngabehi Ranggawarsita dengan Zaman Edan?

C.PEMBAHASAN
 1.BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN RADEN NGABEHI RANGGAWARSITA
Raden Ngabehi Ronggowarsito adalah sosok seorang pujangga rakyat dari kraton Surakarta. Beliau dilahirkan pada hari senin Legi tanggal 10 Dzulkhijjah tahun 1728 bertetapan dengan tanggal 15 Maret 1802 M. Ayahnya benama Mas Bei Panjangswara atau Mas Bei Ronggowarsito ke II. Nama asli beliau adalah Raden Bagus Byurham . Sifat beliau ketika masih kecil terkenal sebagai anak  yang nakal. Setiap hari kerjanya hanya adu pitek (sambung ayam). Di  umur yang ke -12 beliau pernah mengunjungi keraton demit (kerajaan demit) selama 3 hari 3 malam, bahkan belieau sempat dijadikan anak angkat oleh seorang pemimpin jin putri.
      Menurut kakaknya RT. Sastronegoro beliau akan menjadi manusia yang terkenel di zamannya walaupun sifatnya nakal. Untuk itu kakeknya bermaksud menitipkan R. Bagus Burham di sebuah padepokan yang dulu pernah disinggahi oleh kakek buyutnya. Tepatnya di Pondok Pesantren Tegalsari atau Gerbang Tinatar arah tenggara dari kota Ponorogo.
Ø  Menuntut Ilmu di Pondok Pesantren
       Di Pondok pesantren tersebut terdiri putra Bupati hingga putra rakyat, termasuk R. Bagus Burham yang masih keturunan bangsawan. Sehingga penugurus pondok pesantren yakni Kyai Khasan Besari beranggapan bahwa R. Bagus Burham adalah anak yang pandai,namun diluar dugaan ternyata R. Bagus Burham adalah anak yang sangat bodoh, sekian lama diberi pelajaran mengaji tetapi satu hurufpun tidak mampu.Kesehariaanya hanya menyabung ayam dan keluyuran sehingga tidak ada pelajaran satupun yang dapat diterimanya (masuk telinga kiri ,keluar telinga kanan).
         Pernah juga R. Bagus Burham  disuruh oleh kyai Khasan Besari untuk meminta kepada kaum “aghniya” bersama teman-temanya ketika warga sekitar mengalami musibah yakni kekeringan dan kelaparan. R.Bagus Burham bukanya mencari dana malah memancing. Kabar mengenai penyelewengan ini diketahui oleh kyainya. R. Bagus Burham bersama temn-temanya diberi hukuman cambuk dan mengisi jembangan (tempat air) hingga penuh.
Ki Tanujoyo (pengasuh R. Bagus Burham ) sedih melihat anak asuhnya tidak bisa membaca satu hurufpun bahkan dihukum oleh kyainya karena penyelewengannya itu. Ki Tanujoyo menasehati pada R. Bagus Burham untuk bersungguh-sungguh menuntut ilmu.
Dikemudian hari r. Bagus Burham menyuruh pengasuhnya Ki Tanujoyo untuk menagantarkan ke sebuah sungai dekat padepokannya. Beliau bertirakat selama 40 hari.
Ø  Wahyu Kedung Watu
Empat puluh hari sudah Raden Bagus Burham bertirakat, pengasuhnya Ki Tanujoyo membawakan nasi untuk buka R. Bagus Burham Karena selam empat puluh hari beliau tidak makin nasi melainkan makan buah pisang untuk sahur dan buka puasanya. Tapi sudah nasib sebelum pengsuhnya sampai tujuan lauk pauk untuk R. Bugus Burham jatuh dijalan . Sesampainya di tujuan Ki Tanujoyo kelelahan. Beliau beristirahat dibawah pohon sambil menunggu R. Bagus Burham selesai bersemedi. Di malam itu Ki Tanujoyo seperti tidur tapi tidak tidur, ia melihat suatu cahay masuk kedalam kendil berisi nasi, sedangkan R. Bagus Burham bermimpi bertemu dengan buyutnya R. Ngabehi Yosodipuro Yuspanjang. R.Bagus Burham disuruh menadahkan telinganya kemudian kakeknya masuk kedalam telinga R. Bagus Burham, beliau terbangun lalu menceritakannya kepada Ki Tanujoyo.
  Nasi sudah siap tetapi lauk pauknya jatuh dijalan, peristiwa ini diceritakan kepada R. Bagus Burham merogohkan tangannya kedalam kendil , tiba-tiba R. Bagus Burham memegana ikan yang sangat besar sekali. Ki Tanujoyo terkejut dan beranggapan bahwa ikan itu adalah cahaya tadi yag masuk kedalam kendil nasi itu.
 Sejak itu R. Bagus Burham menjadi siswa yang rajin dan pandai sifatnya berubah 180 derajat. Beliau tidak suka lagi berfoya-foya mengobral uang dan rajin belajar. Sampai beliau mahir dalam hal satra . Sehingga dikenal sebagai R. Ngabehi Rangga Warsito. Banyak orang yang kagum akan kepandaiannya beliau. Buah karyanya sampai 45 hingga 40 bahkan lebih hamper seluruh karyanya berbentuk puisi (tembang) sehingga beliau  di juluki Ki Pujangga Rakyat.
Ø  Sifat-sifat Beliau
Berbicara menggenai Raden Ngabehi Ranggawarsita akan tidak lengkap apabila tidak mengupas sifat-sifat beliau. Mengapa beliau beliau bisa dikatakan sebagai pujangga rakyat. Beliau dikatakan sebagai pujangga rakyat karena beliau memiliki sifat-sifat berikut:
1.      Beliau mahir dalam Sastra
2.      Mahir dalam menggunakan bahasa Kawi
3.      Beliau faham dalam memainkan kata-kata dalam bahasa
4.      Mahir dalam Seni suara (tembang)
5.      Beliau pandai berbicara, bercerita atau mengarang
6.      Menguasai pengetahuan kasar maupun yang halus (hal-hal ghaib)
7.      Menguasai pengetahuan lahir dan batin serta arif bijaksana dan waskita/weruh sakdurunge winarah (tahu sebelum diberi tahu)
8.      Memiliki daya ingat yang kuat dan tajam
Di dalam kesusatraan beliau sangat terkenal dan dapat dianggap sebagi pelopor membuat karya. Sebab di zaman itu yang paling banyak adalah bentuk karya berbentuk tembang. Karya-karyanya sangat berguna bagi perkembangan satra Jawa di masanya dan tersa sampai sekarang. Karyanya juga banyak memberikan pandangan-pandangan hidup yang mempengaruhi pandangan masyarakat di waktu itu.
Ø  Wafanya Raden Ngabehi Ranggawarsita (Lepas dari keagungan Karya)
Lepas dari keagungan karya satra Ronggowarsita pada zamannya (mungkin juga sampai hari ini), selama akhir hidupnya, pujangga ini sangatlah menyedihkan. Beliau dibunuh oleh Pakubuwana IX dan pihak pemerintah Kolonial Belanda dalam merebutkan kekuasaan. Hal ini jelas tampak dalam karya Ronggowarsita yang terakhir yang berjudul “Serat Sabda Jati” dimana sang Pujangga dengan batin memberitahuka kematiaanya.
Beliau meniggal hari Rabu Pon tanggal 5 Dzulkhijjah 1805 (tahun Jawa) bertepatan dengan tanggal 24 Desember 1873 yaitu tepat delapan hari setelah menulis serat Sabda Jati. Beliau dimakamkan di desa Palar Kecamatan Trucuk Kabupaten Klaten. Memang dalam ilmu Kejawen ada orang yang mengatahui kematiaanya (misalnya kurang beberapa hari), begitu juga dengan R.Ngabehi Ranggawarsita, akan tetapi tentang persisnya hari keatian itu masih tetap gelap.[1]
Sesudah kakeknya- Yasidapura II-wafat, Rangga Warsita diangkat untuk mengganti kedudukan kakeknya sebagai pujangga istan dengan pangkat Kliwon Carik. Memang semenjak kanak-kanak, Rangga Warsita telah dididik dan dibina dalam kesusastraan dan kepustakaan jawa. Penganggaktan sebagai pujangga istana menunjukkan bahwa Rangga Warsita adalah tokoh yang menguasai ilmu kejawen. Karena kedudukan pujangga pada watu itu berarti orang yang telah mahir dalam kesusastraan serta mumpuni dalam ilmu kejawen. Bahkan dalam manuskrip Padmawarsita diterangkan bahwa pangkat kapujangga itu berkaitan dengan wahyu.
            Dalam keduduknnya sebagai pujangga istna tugas Rangga warsita adalah menyusun dan mengembangkan kebudayaan dan kepustakaan jawa. Kalau kakeknya-kakeknya – Yasidapura I dan Yasidapura II- amat berjasa dalam mengubah kitab-kitab yang yang berbahasa Jawa kuno kedalam bahasa Jawa baru, dan menyesuaikan dengan zaman Islam, maka RanggaWarsita aamt berjasa didalam menyusun karya-karya baru. Dalam berbagai karyanya Ranggawarsita Nampak melanjutkan upaya para sastrawan sebelumnya, yakni:Berusaha mempertemukan trsadisis Ilmu kejawen dengan unsur-unsur ajaran agama Islam. Hal ini Nampak misalnya dalam Serat Parama Yoga, Suluk Seloka Jawa, Sukma Lelana, Wirid Hidayat Jati dan lain-lain.  Jenis kepustakaan semacam ini penulis sebut dengan Kepustakaan Islam Kejawen. Ajaran agama dalam                Kepustakaan Kejawen memang tidak sepenuhnya sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an. Namun demikian, kepustakaan semacam ini telah berjasa dalam memperkenalkan nilai-nilai ajaran kerohanian serta etika Islam kepada para penggemar kesusastraan dan kepustakaan Jawa.[2]


2. AJARAN-AJARAN POKOK RADEN NGABEHI RANGGAWARSITA
1)      MISTIK
Untuk mencapai aspek-aspek mistik Islam yaitu melelui cara pengahyatan makrifat kepada Tuhan yang merupakan tujuan utama yang dicita-citakan oleh para penganut mistik, tidak dapat dinikmti oleh setiap orang. Karena penyucian hati yang mejadi syarat mutlak bagi tercapainya penghayatn makrifat atau pengahyatan kesatuan dengan Tuhan, adalah cukup berat. Oleh karena itu pengahyatan makrifat kepada Tuahan hanya bisa dicapai dan dinikamati oleh segolongan kecil” orang-orang pilihan”. Orang awam tidak bisa mencapainya dan memehaminya. Makrifat adalah penghayatan yang tidak bisa diterangkan dengan rumusan kata. Ilmu Sangkan Paran ini harus dirahasiakan. Hanya boleh diajarkan kepada orang yang berbakat untuk itu.
Adapun paham mistik yang dianut R. Ng. Ranggawarsita adalah Konsep Manunggaling Kawula Gusti, dimana diterangkan bahwa Dzat Tuhan bersemayam (immanent) dalam diri manusia.
2)      SERAT WIRID HIDAYAT JATI
WiridHidayat Jati mengajarkan bahwa Dzat Tuhan memiliki berbagai macam sifat, asma, dan af’al. Tuhan digambarkan sebagai Dzat yang berkehendak dan berkarya seacara aktif, sebagai pencipta dan penuguasa alam semesta. Dengan adanya sifat, asma, dan af’al ini berarti Wirid Hidayat Jati mengajarkan paham Ketuhanan yang bersifat Theis.
Dalam Serat Wirid Hidayat Jati dinyatakan bahwa Dzat itu tanpa Tuduhan, tanpa arah, dan tanpa tempat, tanpa rupa dan tanpa warna. Gambaran tentang Tuhan dalam Wirid Hidayat Jati bersifat anthropomorphis. Tuhan digambarkan berada dalam hidup manusia.
Hidup manusia menurut Wirid Hidayat Jati merupakan sifat Tuhan. Sifat terpisahkan dengan Dzat. Oleh karena keterangan tentang Tuhan selalu tumpang tindih dengan keterangan manusia. Uraian tentang Tuhan selalu dikaitkan dengan uraian tentang manusia sekaligus merupakan keterangan tentang Tuhan. Hampir tidak ada keterangan tentang Tuhan yang terpisah dengan keterangan tentanag manusia. Oleh karena itu timbul penilaian bahwa ajaran Wirid Hidayat Jati adalah anthroposentris.
3)      SULUK SALOKA JIWA
Serat Suluk Saloka Jiwa adalah karya pujangga Isatan Surakarta yakni R. Ng. Ranggawarsita.  Saloka Jiwa merupakan Serat Suluk, karena ajran mistik di dalamnya disusun dalam bentuk sekar atau puisi Jawa, Yakni sekara Macapat. Mengenai Saloka Jiwa diterangkan sebagi berikut:
Maleng agama minulya/ waluya ing awal-akhir/ ki kisaning kawruh sarak/ Wruh rasnig dalil Kadis/ Ijemak kiyas tuwin/ sarengat tarekaat iku/ hakekat lan makrifat/ yeku ros rosing agami/ yen tan weruh sembahyange tuwas-tuwas//
Jakat pitrah moco Qur’an/ Rukuk Dzikire tan manjing/ ginggang ger ugering Islam/ wasitanig para ngalim/ ing tanah Ngerum nguni/ pakumpulaning para jumhur/ ngabsahke kawruh sarak/ ing tembung Arab jinarwi/ basa Jawa Winastan Saloka Jiwa//
Artinya: Merenungkan ajaran gama yang luhur, bagi keselamatan awal dan akhir hayat manusia. Aspek terdalam dari Ilmu Syari’at. Yakni mengahyati inti ajaran Al-Qur’an. Hadits Ij’ma dan Kiyas, syariat dan tarekat serta hakikat dan makrifat. Itulah inti para agama yang terdalam. Tanpa menghayati inti agama ini  sembahyang tak banyak artinya juga zakat fitrah dan membaca Al-Qur’an besreta rukuk dzikirnya tidak meresap dalm hati. Rusak sendi dasar Islamnya. Petuah para alimdahulu, dinegeri Rum (Turki) mereka bermusyawarah untuk mengabsahkan ilmu syara’: yang menurut istilah Jawa disebut Saloka Jiwa
Jadi menurut Ranggawarsita yang dimaksud Saloka Jiwa adalah aspek batin atau inti-inti syari’at. Yakni ilmu tentang Tuhan yang merupakan sangkan paran hidup manusia, atau yang dalam istilah tasawuf disebut Hakikat Tuhan yang sedalam-dalamnya adalah kosong dan sia-sia.
4)      SERAT PAMORING KAWULA-GUSTI
Isi  dari Serat Pamoring Kawula-Gusti adalah ada dalam bait 10 Dhandanggula R. Ng. Ranggawarsita yang mengajarkan sebagai berikut:
“Yen mubunga awet amanitis/ pan tinitah dumadi manungsa/ sinungharja bungah kene/ sapira kadaripun/ anemg donyo pan nora lami/ lire pan nora dawa/ umur sewu tabun/ lamun nora ngawruhana/ angawruhi jamaning kapatin/ sayaketi dadi tuna//
Artinya:
Bahwa hidup ini tidaklah lama apabila dibandingkan dengan hidup dialam yang bersifatv kekal (akhirat). Andaikata mendapat keuntungan, mendapat kesenangan, toh hanya seberapa saja lamanya, tidak akan mencapai seribu tahun. Oleh karena itu keliru hidupnya, apabila tidak mau mencari Ilmu tentang kesempurnaan patinya.

Dalam Bait 11 diajarkan:
Tuna diungkap kaulahing kapi/ pan kapirang jamaning akherat/ sakarate yekti suwe/ suwe nuruti perlu/ perlu mati ngijeman delik/ kelike nora nana/ anane mung bawur/ bawur tan wruhing marga/ marga beda bedaning tanpa pinikir/ mungkir ninggal agama//
Artinya:
Orang yang hidupnya hanya mengabdi pada hawa nafsu, serta mendustakan dan mengabaikan petunjuk-petunjuk agam dan tidak mencari Ilmu kasampurnan pati, pasti hidupnya akan selalu berada dalam kesesatan dan akan selalu merugi. Orang yang demikian akan menderita dan akan terlalu lama mengalami sekarat (sakaratul maut). Yakni masa ketika seorang akan meninggal. Lantaran menjadi bingung tidak mengerti jalan yang benar.
Oleh karena itu menurut R.Ng. Ranggawarsita seseorang harus mempelajari dengan baik ilmu kesempurnaan tentang mati yang sempurna yang beliau namakan kiamat Kubra. Sebab menurut pokok ajaran R. Ng. Ranggawarsita, masalah kematian merupakan masalah yang teramat rumit dalam kehidupan manusia. Dalam masa “Sakratul Maut” manusia dihadapakan pada godaan-godaan dan hambatan-hambatan yang amat rumit serta dapat menyesatkan. Tanpa Ilmu pengetahuan tentang kematian yang sempurna, pasti akan terjerumus kedalam alam kesesatan. Jika salah lengkah sedikit menjadi sebangsa jin, setan, demit, berdasarkan, peri parahyangan.[3]
3.Keterkaitan Ranggawarsita dan Zaman Edan
Istilah Zaman Edan konon pertama kali diperkenalkan oleh Ranggawarsita dalam Serat Kalatida, yang terdiri atas 12 bait tembang Sinom. Salah satu bait yang paling terkenal adalah:
amenangi zaman édan,
éwuhaya ing pambudi,
mélu ngédan nora tahan,
yén tan mélu anglakoni,
boya keduman mélik,
kaliren wekasanipun,
ndilalah kersa Allah,
begja-begjaning kang lali,
luwih begja kang éling klawan waspada.
yang terjemahannya sebagai berikut:
menyaksikan zaman gila,
serba susah dalam bertindak,
ikut gila tidak akan tahan,
tapi kalau tidak mengikuti (gila),
tidak akan mendapat bagian,
kelaparan pada akhirnya,
namun telah menjadi kehendak Allah,
sebahagia-bahagianya orang yang lalai,
akan lebih bahagia orang yang tetap ingat dan waspada.
Syair di atas menurut analisis seorang penulis bernama Ki Sumidi Adisasmito adalah ungkapan kekesalan hati pada masa pemerintahan Pakubuwono IX yang dikelilingi para penjilat yang gemar mencari keuntungan pribadi. Syair tersebut masih relevan hingga zaman modern ini di mana banyak dijumpai para pejabat yang suka mencari keutungan pribadi tanpa memedulikan kerugian pihak lain.[4]

4.Karya Sastra
Karya sastra tulisan Ranggawarsita antara lain,

D. KESIMPULAN
  • Raden Ngabehi Ronggowarsito adalah sosok seorang pujangga rakyat dari kraton Surakarta. Beliau dilahirkan pada hari senin Legi tanggal 10 Dzulkhijjah tahun 1728 bertetapan dengan tanggal 15 Maret 1802 M. Ayahnya benama Mas Bei Panjangswara atau Mas Bei Ronggowarsito ke II. Nama asli beliau adalah Raden Bagus Burham.
  • Adapun ajaran-ajaranya adalah:
             Mistik
            Wirid hidayat jati
            Suluk Saloka Jiwo
            Serat Pamoring kawula-Gusti
·         Istilah zaman edan ini terdapat dalam bait 12 ynag berada dalam Serat Kalatida


E.PENUTUP
Demikainlah makalah yang dapat kami sampaikan, semoga dapat member manfaat, dan wawasan bagi kita semua, bagi para pembaca umumnya dan pemakalah khususnya. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapakan demi kesempurnaan makalh ini selanjutnya.







DAFTAR PUSTAKA

Andjar Any. 1980. Raden Ngabehi Ronggowarsito, Apa yang Terjadi? Semarang: Aneka Ilmu
Dr. Simuh. 1995. Sufisme Jawa (Transformasi Tasawuf Islam ke Mistik Jawa). Yogyakarta: Yayasan Benteng Budaya                                                                             
Majalah El-Qudsy, Islam dan Kultur Jawa dalam Wacana Sosio Religi, Kudus:Persatuan Pelajar Qudsiyyah, 2006 M/1427 H.


[1] Majalah El-Qudsy, Islam dan Kultur Jawa dalam Wacana Sosio Religi, Kudus:Persatuan Pelajar Qudsiyyah, 2006 M/1427 H, hal.87-89
[2] Si Muh, Sufisme Jawa, Yogyakarta: Yayasan Benteng Budaya, 1995,hal.183-184
[3]Ibid, hal. 197- 239
[4] http://id.wikipedia.org/wiki/Rangga_Warsita
[5] Andjar Any. 1980. Raden Ngabehi Ronggowarsito, Apa yang Terjadi? Semarang: Aneka Ilmu.